1.Jenis Ras dan bentuk tubuh. Sejatinya semua jenis ras
punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tentang hal ini sudah banyak
diulas di pelbagai literatur tentang sapi potong. Hanya kita sebagai Praktisi
peternakan seyogyanya perlu memperhatikan nilai-nilai praktis dan
ekonomis dari jenis ras tersebut baik dari sisi kekuatan finansial peternak,
peruntukannya dan timing tepat penjualannya. Seperti kita ketahui, untuk ADG
(penambahan Berat harian) bolehlah diakui memang sapi jenis limosin dan
simmental F1 telah menjadi primadona yang mana ADGnya mampu mencapai 1,3-2kg/
harinya.
Disusul di belakangnya silangan SIMPO dan LIMPO dengan ADG
1-1,7kg/hari. Berlanjut kemudian PO murni, Bali dan seterusnya yang lebih
rendah penambahan berat hariannya dan struktur tubuhnya. Namun poin
terpenting untuk tidak kita lupakan dari semua itu tentunya adalah Fisiologi
dan kriteria performance sapi itu sendiri. Tampilan fisik yang
ideal mencakup body frame, power depan dan belakang sapi akan mempengaruhi ADG,
kemudahan pemeliharaan,dan harga purna jualnya.
2.Umur dan berat badan. Usia sapi yang ideal untuk digemukkan adalah mulai 1,5 sampai
dengan 2,5 tahun. di sini kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan
tulangnya dan tinggal mengejar penambahan massa otot (daging) yang secara
praktis dapat dilihat dari gigi yang sudah berganti besar 2 dan 4 buah. Sapi
yang sudah berganti 6 gigi besarnya (3 tahun ke atas) juga cukup bagus. Hanya
di usia ini sudah muncul gejala fatt (perlemakan) yang tentunya akan
berpengaruh dengan nilai jual dari pelaku pemotongan ternak. Sapi apabila masih
di bawah usia ideal penggemukan biasanya lebih lambat proses gemuknya
dikarenakan selain bersamaan pertumbuhan tulang dan daging juga sangat rentan
resiko penyusutan serta labil proses penambahan berat disebabkan adaptasi
tempat yang baru, pergantian pola pakan dan teknis perawatan serta penyakit.
Tentang variabel berat tubuh, pastinya akan kita lihat dulu dari jenis ras apa
sapi yang akan kita pelihara. Sapi jenis limousin dan simmental maupun
silangannya dengan PO kala umur 1,5 tahun sudah berbobot rata-rata 350-400 kg,
sedang sapi PO murni hanya kisaran 185-275 kg. Nah, dari sini nantinya
kita akan mulai berhitung tentang teknis penilaian ideal untuk mengukur
sistem pemeliharaan dan transaksi jual beli.
3.Masa pemeliharaan. Sesuai pengalaman kami yang baru sedikit ini, kami
menyarankan pada mitra peternak kami bahwa sapi yang akan digemukkan agar
memakai mekanisme : apabila masa panen jangka pendek (k.l 100
hari) pilihlah jenis limousin, simmental dan silangannya (F1 maupun F2) dengan
berat mulai 390-500 kg. Jika proporsional pemeliharaannya, sapi tersebut akan
mampu bertambah minimal 100kg saat panennya. Namun kalau yang diinginkan masa
panen jangka menegah dan panjang ( k.l 250 hari hingga lebih dari 1
tahun) disarankan agar memilih jenis F1 simmental dan limousin yang murni
genetiknya dengan berat di bawah 350 kg. Kebanyakan peternak yang berpola
seperti ini biasanya untuk investasi, pemurnian genetik indukannya atau
bahkan sebagai hewan kesayangan (klangenan jawa.red). muncul satu
pertanyaan yang menggelitik; lebih untung pola yang mana?
4.Perhitungan harga. Sapi untuk pemeliharaan jangka menengah (k.l 250
hari) dengan berat di bawah 300 kg rata-rata masih belum dapat mencapai
rendemen karkas lebih dari 49%. Sehingga apabila ingin dijual, pembeli barunya
biasanya masih akan meneruskan penggemukannya lagi.Jika kita analisa, sapi F1
umur 5-8 bulan harga pasaran rata-rata per mei 2009 adalah 7,5-10 juta dengan
bobot 250-325 kg. Kita ambil tengah-tengahnya saja lalu kita konversikan dengan
harga timbang hidup jatuhnya sekitar Rp.31.000;/kg timbang di pasar. Kenapa
seperti itu ??? sapi dengan berat 380-525 kg seharga Rp.24.000/kg (sesuai harga
loco di farm kami) adalah untuk kriteria jenis BAKALAN. Jadi di spek ini kita
sudah mulai dapat mengukur standar perhitungan baik umur sapinya, prosentase
rendemen karkasnya (berat daging tulang), capaian bobot maksimal, sampai dengan
masa panennya. Beda halnya dengan berat 300kg ke bawah; karena itu masih
tergolong jenis BIBIT.Jadi sistem transaksinya mirip seperti di bursa
pelelangan yang harganya ditentukan berdasarkan kerelaan penjual dengan
kepuasan dan jatuh hati sang pembeli. Maka disitulah kita baru dapatkan harga
umum dan rata-rata kepantasan transaksi di pasar ataupun di peternak yag
ketemunya ternyata di harga Rp.31.000.Kita tentu belum dapat mengukur
standarisasi, berapa nanti capaian berat maksimal dan waktu panennya apalagi
berapa rendemen karkasnya.Lain daripada itu, sistem pasar peternakan kita malah
sudah tidak ada lagi sertifikasi /surat keterangan bibit saat sapi dijual yang
berbeda saat zaman orde baru dulu, ironi memang.sehingga kita pasti akan
kesulitan mencari blood link sapi, alamat peternak apalagi cara perawatan dan
ransumnya.Kecuali kalau sapi tersebut kita beli langsung di breeder
Sedikit analogi: apakah anda mampu menaksir berapa ton padi dalam 1hektar yang akan anda panen saat umur benih baru ditancapkan 15 hari atau sebulan sekalipun? bagaimana dengan resiko hama, kelangkaan pupuk dan pengairannya? apakah anda bisa pastikan akan menuai panennya? ini analogy untuk BIBIT.
Nah sekarang, kesulitankah anda memprediksi, berapa ton gabah yang akan anda dapatkan saat padi anda telah berbulir siap menguning? ini kiasan untuk BAKALAN, kalaupun panen anda akhirnya kurang maksimal masihlah kita dapatkan gabah meski rendah mutu dan tidak banyak jumlahnya.Taruh kata untuk bibit yang beratnya dibawah 300 kg kalau selama dipelihara sapi tadi mencapai bobot 600kg (adakah jaminan????) maka akan diperoleh pendapatan sbb; 600 kg X Rp.24.000/kg (harga siap potong) : Rp. 14.400.000; – Rp. 9.300.000( harga bakalan) = Rp.5.100.000 selama l.k.250 hari. Bandingkan dengan pola 100 hari, disini apabila anda membeli bakalan,bobotnya rata-rata 430kg komposisi mix F1 dan F2. harga dasarnyapun masih logis di banding pola jangka panjang. Analisanya sebagai berikut : 430 kg X Rp.24.000 = Rp.10.300.000; Masa pemelihara 100 hari dicapai berat 560 kg (banyak yang menjamin..) dengan ADG 1,3kg X Rp.24.000; akan didapat penghasilan = Rp.13.440.000 – Rp.10.300.000 (modal pembelian) keuntungannya : Rp.3.100.000 selama 100 hari. Maka dalam 1 tahun kita akan dapat panen 3 kali.
Sedikit analogi: apakah anda mampu menaksir berapa ton padi dalam 1hektar yang akan anda panen saat umur benih baru ditancapkan 15 hari atau sebulan sekalipun? bagaimana dengan resiko hama, kelangkaan pupuk dan pengairannya? apakah anda bisa pastikan akan menuai panennya? ini analogy untuk BIBIT.
Nah sekarang, kesulitankah anda memprediksi, berapa ton gabah yang akan anda dapatkan saat padi anda telah berbulir siap menguning? ini kiasan untuk BAKALAN, kalaupun panen anda akhirnya kurang maksimal masihlah kita dapatkan gabah meski rendah mutu dan tidak banyak jumlahnya.Taruh kata untuk bibit yang beratnya dibawah 300 kg kalau selama dipelihara sapi tadi mencapai bobot 600kg (adakah jaminan????) maka akan diperoleh pendapatan sbb; 600 kg X Rp.24.000/kg (harga siap potong) : Rp. 14.400.000; – Rp. 9.300.000( harga bakalan) = Rp.5.100.000 selama l.k.250 hari. Bandingkan dengan pola 100 hari, disini apabila anda membeli bakalan,bobotnya rata-rata 430kg komposisi mix F1 dan F2. harga dasarnyapun masih logis di banding pola jangka panjang. Analisanya sebagai berikut : 430 kg X Rp.24.000 = Rp.10.300.000; Masa pemelihara 100 hari dicapai berat 560 kg (banyak yang menjamin..) dengan ADG 1,3kg X Rp.24.000; akan didapat penghasilan = Rp.13.440.000 – Rp.10.300.000 (modal pembelian) keuntungannya : Rp.3.100.000 selama 100 hari. Maka dalam 1 tahun kita akan dapat panen 3 kali.
Pola pemeliharaan di perusahaan kami
dalam 1 tahun (menurut kalender Hijriyah) adalah : pada bulan muharram
dilaksanakan pengadaan untuk sapi jenis simmental, limousin dan silangannya
yang akan dipanen pada bulan Rabi’ul Akhir. Pengadaan ke II dilaksanakan di
bulan Jumadil Awal dan akan dipanen nantinya pada bulan ramadlan. Di bulan
Syawal kami lakukan pengadaan sapi jenis PO murni karena bulan Dzulhijjah harga
sapi PO selisih Rp.3-4000/kg lebih mahal panenannya. Demikian rotasi ini
senantiasa kami tetapkan sebagai acuan kerja.
Segala yang menyangkut istilah seperti tersebut di atas hanyalah sekedar teknis empiris yang pernah kami alami dan bukanlah istilah ilmiah yang jauh dari pengetahuan kami.
Semuanya ada kelebihan dan kekurangannya.Mohon dikoreksi untuk jadi evaluasi dan introspeksi kami agar ke depan lebih baik lagi dalam beternak.
Semoga bermanfaat.
Segala yang menyangkut istilah seperti tersebut di atas hanyalah sekedar teknis empiris yang pernah kami alami dan bukanlah istilah ilmiah yang jauh dari pengetahuan kami.
Semuanya ada kelebihan dan kekurangannya.Mohon dikoreksi untuk jadi evaluasi dan introspeksi kami agar ke depan lebih baik lagi dalam beternak.
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment